SLEEPOVER
Penulis: Nathalia Theodora
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2015
173 Halaman
BLURB
Hanna yang baru pulang les bersama pacarnya, Edward, dihadang oleh preman, dan sebagai akibatnya Edward ditusuk hingga meninggal.
Hanna yang baru pulang les bersama pacarnya, Edward, dihadang oleh preman, dan sebagai akibatnya Edward ditusuk hingga meninggal.
Dua
tahun kemudian, Hanna mengadakan acara menginap bersama dengan ketiga temannya---Erin,
Jill, dan Sharon.
Acara
menginap mereka yang awalnya seru mendadak berubah menjadi mimpi buruk, ketika
listrik padam dan seorang penyusup meneror mereka. Selama semalaman mereka
berusaha melarikan diri dari penyusup itu, sampai kemudian satu demi satu
teman-teman Hanna menghilang.
REVIEW
Dimulai dari kover, kemudian
sinopsis yang seru. Berlanjut pada nama pengarang. Satu paket yang menjadikan
novel ini masuk dalam perburuan saya. Tentang pengarangnya, bukan karena saya
mengenalnya. Nama ini baru bagi saya. Celakanya, saya kira novel ini terjemahan
karena nama pengarangnya. Saat membuka bukunya, ternyata penulis novel ini
adalah asli Indonesia. Oh, tidak berarti saya kecewa. Jujur, saya jarang
membaca novel misteri dari penulis lokal.
Jill, Erin, dan Sharon adalah
sahabat Hanna. Suatu hari, mereka memutuskan akan menginap bersama. Hal lumrah
yang biasa dilakukan cewek pada umumnya ya, kan? Hanna bisa membayangkan
keseruan yang akan terjadi saat mereka berkumpul malamnya.
Harusnya, ini cerita misteri yang
amat mendebarkan kalau lagi-lagi tangan saya tidak usil mengintip beberapa
halaman menuju ending. Ada sebuah
pengungkapan yang menjadi rantai dari misteri. Seperti novel lainnya, saya
meninggalkan novel ini dulu. Hingga saya akhirnya menarik dari tumpukannya.
Keseruan cerita ini langsung terasa
di awal sejak mereka memulai acara menginap bersama. Sesi saling curhat,
makan-makan, dan tur keliling dari pemilik rumah. Semuanya dilakukan dengan
candaan hingga firasat aneh yang dirasakan Hanna saat memulai bermain petak
umpet. Ada sesosok bayangan di luar rumah. Dan jejak kaki di lantai bawah.
Namun, semua sirna karena Hanna tidak mengacuhkannya. Puncaknya, saat listrik
mendadak padam. Seorang teman berniat mengecek di lantai bawah, sisanya menunggu
di dalam kamar. Akan tetapi, setelah bermenit-menit, tidak ada tanda-tanda
Sharon kembali. Hanna, Jill, dan Erin mulai khawatir. Mereka kompak memeriksa
ke lantai bawah. Sharon tidak ditemukan, sebagai gantinya, seorang di antara
mereka menjerit histeris. Ada tetesan darah di lantai. Di saat mereka panik,
mereka kembali ke kamar. Ada beragam spekulasi yang bermunculan salah satunya
mungkin teror dari lelaki yang pernah menghantui masa lalu Sharon.
Membaca novel ini, saya ingat
perasaan mencekam ketika menonton film-film horor. Sungguh mendebarkannya.
Apalagi, ketika Jill akhirnya ikut menghilang. Tersisa Hanna dan Erin. Tanpa
ponsel mereka yang juga hilang, mereka tidak bisa menghubungi siapapun.
Meski ada sosok yang mungkin jadi
pelakunya, saya tetap menebak-nebak siapa gerangan pelakunya. Biasanya, sih,
dari tayangan di tivi-tivi, pelakunya pasti salah seorang di antara mereka yang
terlibat acara menginap itu. Dan puncaknya, hanya Hanna yang tersisa. Erin yang
kakinya tergelincir di tangga, pun ikut menghilang. Saat Hanna berusaha keras
menghadapi teror itu, dia akhirnya mengetahui fakta. Apa yang terjadi malam ini
memiliki kaitan erat dengan masa lalunya, ketika Edward mati terbunuh, salah
seorang yang mencintainya memendam dendam untuk Hanna. Dan, malam itulah
saatnya.
Petualangan dalam semalam di sebuah
rumah yang listriknya padam. Penulis mampu membuat pembaca merasakan teror yang
dialami tokoh-tokohnya. Kecuali, mungkin adegan mati lampunya, masih kurang greget
menurut saya. Di dalam kepala saya, mereka saling kejar-kejaran dengan lampu
menyala. Mungkin, saya gagal mengimajinasikan kali ya. Lol :D
Ya,
saat itu, kan, mati lampu. Entah di kepala saya, kok, aksi teror saat mati
lampunya belum sepenuhnya wah.
Beruntung, tokoh utamanya selamat.
Tapi, kok endingnya agak gantung ya. Semoga masih ada kelanjutan Hannah deh. Di
akhirnya, seorang yang membantu tidak merasa bersalah sedikitpun, malah
menampakkan keyakinan akan dendam yang belum terbayarkan.
Satu jempol deh but penulis ini.
Karena novelnya, saya berniat memburu novel lainnya. Semisal Bad Boys, kayanya juga seru tuh.
***