REMEDY
Penulis: Biondy Alfian
Penulis: Biondy Alfian
Penerbit: Ice Cube
Cetakan Pertama,
Februari 2015
209 Halaman
BLURB
“Lo yang nemuin dompet gue, kan?”
“Ya,” jawabku.
“Berarti lo sudah lihat semua
isinya?”
“Ya,” jawabku lagi.
“Berarti lo sudah . . .”
“Melihat kedua KTP-mu?” tanyaku.
“Sudah.”
Navin menarik napas panjangnya.
Kedua matanya melotot padaku.
Rahangnya tampak mengeras.
Ada yang aneh dalam diri Navin, si
anak baru itu. Tania tidak sengaja menemukan dompet Navin di tangga sekolah dan
melihat di dalamnya ada dua KTP dengan data-data yang sama, hanya berbeda nama.
Satunya tertera nama Navin Naftali, satunya lagi tertera nama Budi Sanjaya.
Selain itu, ternyata Navin sudah berumur 20 tahun. Apa yng dilakukan seorang
pria berusia 20 tahun di SMA? Sebagai seorang murid pula. Tania memutuskan
untuk mencari tahu kebenaran tentang identitas ganda Navin. Sementara itu,
Navin juga penasaran dengan sosok Tania yang kini mengetahui rahasianya. Karena
sepertinya gadis penyendiri itu punya rahasia yang lebih besar darinya.
REVIEW
Suatu kebetulan atau kesialan bagi
Navin a.k.a Budi Sanjaya, Tania menemukan dompetnya yang terjatuh, yang menguak
sedikit misteri tentang lelaki itu. Tania yang khawatir terhadap identitas
lelaki itu, secara diam-diam mengembalikan dompetnya. Dan pada saat bersamaan,
Navin tahu, dompet yang menyimpan rahasianya diketahui oleh seorang siswi di sekolahnya.
Mau tak mau, Navin berusaha mencari Tania. Ketika mereka kembali bertemu, Navin
sempat mengancam Tania apabila membeberkan fakta yang diketahuinya. Akan
tetapi, tindakan itu malah tidak membuahkan hasil. Sebagai gantinya, Navin
berusaha bersikap ramah pada Tania. Jika Tania sampai membocorkan rahasianya,
ini berarti malapetaka untuk Navin.
Mmm, dua bulan saya menunda novel
ini untuk dibaca. Ini kebiasaan buruk, sih. Saat melahap novel, saya akan
mengintip beberapa halaman, hanya sekadar memastikan keseruannya sesuai
ekspektasi saya. Sialnya, saya harus menelan kekecewaan saat beberapa kali
mengintip ceritanya. Saya kurang oke dengan konflik dan narasinya. And, some days ago, I tried to read it again.
Just spending a useless time. And
guess what? Kontan saja, saya mengikuti alurnya tanpa banyak protes. Tidak
mencoba mencari kesalahan-kesalahan yang dibuat penulis saat membacanya.Well,
saya tidak bisa berkata saya tidak terhibur dengan konflik yang dihadirkan
penulis dalam ceritanya.
Suatu ketika, Viki teman sekelas
Tania, meminta Tania maupun Navin bergabung dengan kepanitian PORSENI. Sebuah
kegiatan yang kemudian mendekatkan mereka. Viki yang misinya agar bisa pedekate
dengan Navin. Lalu, Navin yang berharap tetap terus mengawasi agar Tania tidak membocorkan
rahasianya. Cara yang sepertinya salah dilakukan Navin. Sebab, Tania adalah
siswi pendiam dan penyendiri. Viki dan Navin-lah yang kemudian pertama kali
disapa teman bagi Tania.
Saya tidak butuh waktu yang lama
menyelesaikan novel ini. Bukan karena saya terpaksa menyelesaikannya sesegera
mungkin melainkan saya larut dalam kisahnya. Oke, kejutannya mungkin berkurang
karena saya mengintip endingnya duluan. Mengintip bab-bab lain yang menyimpan
misteri Navin dan Tania yang belum saatnya dibeberkan. But, membaca mulai dari awal novel ini sama sekali tidak memberikan
efek bosan pada saya.
Saya dibuat tersentuh dengan konflik
masing-masing tokoh. Terutama kondisi Tania yang membuat saya merinding, seolah
sayalah yang merasakan bagaimana saat pisau tajam disayat di kulit. Karena tindakan
bejat ayahnya, membuat Tania melakukan hal tersebut. Dengan cara menyakiti diri
sendiri, maka perasaan kecewa dan sakit hatinya terobati. Ah, tapi menyakiti
diri bukanlah cara yang tepat, kan, apalagi sampai menyayat kulit :3
Dan Ada Viki, seorang teman yang
mendadak menjadi sahabat untuk Tania. Padahal, saya sempat mengira Viki akan
jengkel atau bagaimana karena kedekatan Tania dan Navin.
Saya prihatin akan Tania. Sayangnya, tidak
berlaku sama untuk Navin. Ini yang mungkin kurang bagi penulis. IMHO lho ya,
penulis tidak mengeksplor karakter Navin, sehingga saya tidak mendapat kesan
apa-apa selain Navin adalah lelaki yang berusaha kuat mengubur masa lalu. Dan
endingnya, kok dibikin seperti itu. Entah saya yang agak telmi kali ya
menjabarkan ending yang tepat untuk Navin dan Tania.
Omong-omong, kover novelnya manis.
Navin dan Tania yang bergandengan, tapi saling berlawanan. Saya harus meralat
lagi ungkapan saya dulu, kalau membeli novel ini tidak membuat pembaca kecewa.
Mbak, dikau menang kuis komentar di blog saya. Inbox alamat lengkap, nama lengkap dan no hp ya. Ditunggu sampai Selasa.
BalasHapus