Penulis: Jenny Han
Penerbit:
Penerbit Spring
Cetakan
Pertama, September 2015
BLURB
Lara
Jean tidak mengira akan benar-benar jatuh cinta pada Peter.
Dia dan
Peter tadinya hanya berpura-pura
Tapi
tiba-tiba saja mereka tidak lagi pura-pura.
Sekarang,
Lara jean tambah bingung dengan
Perasannya
dan juga dengan situasi
Yang dia
hadapi.
Saat
seorang pemuda dari masa lalunya tiba-tiba
Kembali
ke dalam kehidupannya, percikan yang pernah
Dia
rasakan pun kembali.
Bisakah
seorang gadis jatuh cinta pada dua pemuda sekaligus?
Buku ini
adalah sekuel dari To All the Boys I’ve Loved Before, tempat kita bisa
Merasakan
cinta pertama lewat Lara jean.
Cinta
tak pernah mudah, tapi mungkin ituah yang membuatnya luar biasa.
***
SINOPSIS
Lara
Jean dan Peter kali ini serius dengan hubungan mereka. Setidaknya, setelah Lara
Jean datang meminta maaf dan dijawab oke dengan gaya sok cool Peter, mereka
baikan. Lara Jean yang baru pertama kali berkencan sungguhan, merasa sangat
bahagia. Sayangnya, Lara Jean tidak bergembira lama. Tiba-tiba saja dia
dikejutkan dengan tersebarnya videonya di permandian air panas bersama Peter.
Terguncang!
Itu yang dirasakan Lara Jean. Apalagi segala komentar-komentar pedas serta
seluruh sekolah telah menyaksikan. Malapetaka bagi Lara Jean, karena video itu ditayangkan
saat pelajaran berlangsung. Lara Jean mencurigai seseorang. Siapa lagi kalau
bukan mantan sahabat sekaligus mantan pacar Peter. Genevieve.
Peter
ragu kalau Genevieve-lah pelakunya. Belum selesai masalahnya, sebuah surat
cinta balasan Lara Jean datang. John Ambrosse Mclaren, teman masa kecilnya
dulu, telat membalas suratnya karena
suatu hal. Maka semenjak itu, mereka rutin berkirim surat. Pada Peter, Lara
jean mengaku kalau John adalah sahabat penanya.
Tidak
hanya Genevieve yang kembali masuk dalam kehidupan Peter, perlahan Lara Jean
pun mulai dekat dengan John, apalagi setelah laki-laki itu datang memenuhi
undangan Lara Jean. Lara Jean sengaja mengundangnya, juga mengundang teman masa
kecil mereka. Di saat semua kembali berkumpul, Genevieve mengusulkan sebuah
permainan Assasins, permainan yang sering mereka mainankan dulu. Aturannya,
mereka akan menuliskan nama di sebuah kertas. Setelah kertas dikumpulkan,
mereka kemudian memilih kertas lain. Nama yang muncul di kertas akan menjadi
target untuk dikalahkan. Kali ini, Lara Jean menantang Genevieve. Dia menerima
semua tantangan karena merasa diremehkan Genevieve.
Saat
masing-masing mulai mengejar target, terkuak fakta satu-satu. John nyatanya
menyukai Lara Jean sejak dulu. Adapula Peter, selama ini dia masih peduli
dengan Genevieve. Dan, ada alasan mengapa Genevieve amat membenci Lara Jean.
Nah,
siapa yang dipilih Lara Jean? Benarkah Peter akan selalu memilih Genevieve dibanding
Lara Jean?
***
REVIEW
Well,
di novel pertama, saya jatuh cinta dengan kovernya. Hanya karena alasan itu,
saya menunda sementara membeli. Hingga novel kedua keluar, dan daya tarik
kovernya masih sama, akhirnya saya mulai ngeh sama sinopsis novel itu. And
then, saya suka. Sayang, ketika bermaksud memborong novel ini di toko buku
online, saya kehabisan buku pertamanya >_<
I deeply love this
story. Tidak
hanya menyuguhkan kisah cinta. Namun, bercerita tentang hubungan keluarga Lara
Jean. Mereka bersama dan saling-mengasihi. Saat Margot bersedih, ada Lara Jean
yang menghibur Margot. Pun saat Lara Jean menghadapi kasusnya di sekolah,
Margot terus ada untuk Lara Jean. Dan si manis Kitty, betapa pun dia menyukai
dan memuji Peter. Bagaimana jengkelnya dia ketika Peter dan Lara Jean putus,
dia tetap berada di pihak kakaknya.
“Aku tidak mau cake yang itu.
Kembalikan dan ambil cake Funfetti di ujung meja.” Peter
"Kau tidak boleh mengambilnya,”
Kitty. “Bukan begitu cara bermain cake walk. Kau mengambil cake dengan nomor
yang sama dengan tempat kau berdiri.” (329)
Bukan hanya Lara Jean, saya pun
berharap bisa memeluk anak sok tahu itu. >_<
Jenny
Han memberikan porsi yang sama antara kisah persahabatan Lara Jean, keluarga,
dan hubungan percintaannya. Mungkin
bumbu percintaan Lara Jean dan Peter di awal-awal bikin saya sedikit
mengerutkan hidung. Jujur, beberapa adegan make-outnya kurang saya suka. Satu
di antaranya bahkan rasanya saya temukan di novel dewasa *oke, abaikan yang ini
:3
“Itu
namanya jual mahal! Aku menunggu-nunggu kau meneleponku, dasar bodoh. Sudah
sejak enam hari sejak kejadian itu.” (22)
Itu
salah satu omelan yang akhirnya bikin saya suka Peter. Ya ampun, saat berada di
posisi Lara Jean, saya mungkin tidak akan berani datang ke rumahnya. Saya suka
Peter. Tidak karena dia adalah bintang ataupun pemuda paling tampan di sekolah.
Komentar-komentar lucunya, juga perilaku manisnya terhadap Lara Jean bikin saya
senyum-senyum sendiri. Apalagi ketika video panas mereka menghebohkan seisi
kelas, maka dengan berani Peter bertindak heroik.
Setelah
cerita Lara Jean dan Peter, saya begitu suka dengan kehadiran Kitty sebagai
adik Lara Jean. dia tuh imut sekaligus menyebalkan. Bagaimana Kitty membela
habis-habisan Peter dan bersikap acuk tak acuh pada John.
Tentang
kehadiran John, saya merasa ketar-ketir di sini. Saya takut kalau Lara Jean benar-benar pacaran dengan John.
Secara Peter mendadak brengsek: saat dia terus bersama Genevieve. Bahkan Lara
Jean bersusah payah membuat kejutan di pertandingannya, Peter malah asyik
berpelukan dengan Genevieve. Lalu, siapa yang tidak jengkel sama cowok yang
sudah memberikan sesuatu pada ceweknya kemudian diminta lagi?
Dengan
terpaksa, saya tidak keberatan kalau-kalau Lara Jean akhirnya memilih John.
Well, saya benci sama Peter yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara
mereka ketika Kitty meminta peter menjemputnya. Juga saat Peter bersama Genevieve
datang ke tempat magang Lara Jean.
Jenny
Han meramu novel ini begitu epik. Setiap tokoh punya karakter masing-masing
yang patut dicintai oleh pembaca. Seperti John, dia memikat saya dengan
perlakuannya yang baik pada Lara Jean. Dan Peter, meskipun sangat jengkel
padanya, saya belum bisa move on darinya agar bisa mendapatkan Lara Jean
kembali.
Saya
menamatkan novel ini hanya sehari. Kesulitannya hanya karena kalimat di novel
hampir mengisi seluruh halaman buku, saya harus membuka lebih lebar lagi agar bisa
melanjutkan kalimat. Di bagian awal dan pertengahan, saya kira ada typo.
Nyatanya, saya salah. Ternyata memang ada kata lavendel (setelah saya cek kamus
online).
Akhirnya,
saya menutup novel ini dengan hati puas. Ya, walaupun Jenny Han terlalu cepat menutup
kisah ini. Untungnya, endingnya amat romantis, jadi tidak masalah, sih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar